Sabtu, 14 Januari 2012

Mengajarkan Ritmis

Mengajarkan ritmis pada anak yang sudah cukup besar tidaklah menemukan hambatan yang cukup berarti, namun pada anak kelas dua ke bawah cukuplah sulit. Jika menggunakan cara konvensional dalam menghitung, anak akan bingung antara hitungan sukat dengan durasi ritme. Sebagai contoh, tidaklah sulit untuk mengajarkan not penuh (4 ketuk) karena nilai not sama dengan jumlah ketukan pada sukat 4/4. Cara konvensional, guru akan menuliskan ketukan sesuai dengan sukat seperti gambar di bawah ini.

Namun jika ada ritme yang lebih kompleks seperti di bawah ini, maka akan muncul masalah.

Murid biasanya akan menjawab dengan tepat jika ditanyakan nilai not pertama, yaitu dua ketuk. Namun, akan menjawab salah untuk not 1/4 pada ketukan ketiga dan keempat karena angka ketukan sukat yang ditulis. Umumnya mereka akan menjawab 3 ketuk jika ditanya berapa nilai not kedua (pada ketukan 3) dan jika ditanyakan berapa nilai not ketiga (pada ketukan 4) maka mereka akan menjawab nilai nadanya adalah 4.
Kebingungan akan semakin bertambah jika dijelaskan bahwa yang satu ketuk itu adalah not seperempat dan kebingungan semakin bertambah jika ditambah penjelasan tentang tanda sukat yang juga adalah bilangan pecahan. Saya tidak tahu pada kelas berapakah anak SD sekarang mempelajari pecahan dalam pelajaran matematika. Waktu kecil, pecahan merupakan hal yang sangat sulit sehingga dalam mengajarkan nilai nada, saya cenderung menghilangkan penjelasan mengenai pecahan.
Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam mengajarkan ritme.
1. Memodifikasi metode konvensional.
Jika anak sudah dapat berhitung minimal sampai angka empat, maka cara ini digunakan. Simbol ritme hanya diperkenalkan dengan durasinya. Jadi simbol ritme diasosiasikan dengan hitungan ketukan. Sebagai contoh

2. Menggunakan metode Kodály
Kodály menggunakan istilah rhythm syllables untuk memudahkan dalam belajar ritme. Setiap not diberi sebuah silabel sebagai sebagai contoh not seperempat diberi silabel "ta" dan not setengah diberi silabel "ta-a" (ada yang menggunakan "doo" atau "tao"). Jika melodi di atas ditulis dengan rhythm syllables maka akan seperti di bawah ini.

Dengan cara ini, kita diajak untuk belajar lewat merasakan bukan dengan berpikir seperti metode konvensional.
Secara pribadi, saya lebih senang dengan cara kedua karena musik berkaitan erat dengan rasa. Selain itu, saya tidak menyenangi matematika apa lagi pecahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar